Powered By Blogger

Thursday, November 1, 2018

Berjalan-jalan bersama Skubi

Saya memelihara seekor anjing, sebut saja namanya Skubi. Setiap sore, saya seringkali mengajak Skubi berjalan-jalan di sekitar rumah, biar dia ga bosen. Biasanya setelah dia makan malam. Karena Skubi sering nakal, antara kabur terlalu jauh atau kalau melihat kucing di jalan pasti dia kejar, biasanya saya bawa dia jalan sambil menggunakan tali kekang.
Ilustrasi: Saya dan Skubi, Sumber: Sticker LINE
 Suatu hari saya membawa Skubi jalan seperti biasa. Mendadak Skubi melihat seekor kucing di seberang jalan, dan sesuai dengan instingnya sebagai seekor anjing dia langsung menerjang ke arah kucing tersebut. Saya langsung menarik tali kekang agar dia berhenti. Saya takut dia tertabrak karena saat itu sedang ramai mobil dan motor yang lewat. Tentu saja berhasil, Skubi ingin sekali mengejar kucing itu tapi oleh karena kekuatan saya dan tali kekang di lehernya, dia menyerah. Dia pun hanya bisa mengeluarkan raungan sedih.

Saat itu juga saya langsung kepikiran hal yang absurd. Entah kenapa apa yang saya lakukan pada Skubi ini, mengingatkan saya akan hubungan antara orang tua dan anaknya. Saya saat ini masih belum menikah sehingga jelas tidak punya anak, oleh karena itu dalam dinamika orang tua-anak lazimnya saya selalu berperan sebagai anak. Tapi saat berjalan-jalan bersama Skubi kali ini, saya baru menyadari bahwa selama ini saya juga pernah merasakan peran sebagai orang tua.

Ilustrasi: Ortu dan Anak, Sumber: http://informasitips.com/ini-dia-bahaya-pola-asuh-terlalu-mengatur-pada-anak



Ya, sama seperti saat berjalan-jalan Skubi selalu saya jaga dengan tali kekang, seringkali juga dalam kehidupan sehari-hari orang tua 'mengekang' anak-anaknya dengan berbagai peraturan. Sebagai seorang anak, saya paham betul bahwa hal tersebut lebih sering merupakan hal yang kurang menyenangkan. 'Kenapa sih gini aja diatur?', 'Ga boleh ini, ga boleh itu, capek!', dan lain sebagainya. Saya tidak tahu apakah anjing bisa kecewa, namun mungkin itu yang dirasakan Skubi. Baginya, dia hanya ingin bersenang-senang dengan mengejar kucing itu. Namun, saya malah menghentikan dia. Saya merasa alasan saya cukup kuat, bahwa saat itu banyak bahaya (mobil dan motor) di jalan. Setelah dipikir-pikir, saya juga jadi kasihan sama Skubi yang selama ini selalu dikekang. Tapi hal itu terpaksa saya lakukan karena saya takut Skubi terkena bahaya yang tidak ia ketahui.

Apakah para orang tua merasakan hal yang sama? Tahu bahwa anaknya tidak suka diatur, tapi ada banyak bahaya dan rintangan di kehidupan yang tidak disadari oleh anaknya. Terkadang, peringatan tidak cukup sehingga harus digunakan sedikit omelan, mungkin sedikit kekerasan. Meskipun berat melakukan itu pada buah hati sendiri, tapi setidaknya mereka terhindar dari bahaya. Jika saya bisa merasa bersalah dengan mengekang Skubi, tak bisa saya bayangkan bagaimana sebenarnya perasaan orang tua yang terpaksa mengekang anaknya. 

Pemikiran tersebut kurang lebih membuat saya lebih menghargai orang tua di seluruh dunia, bahwa betapa sulitnya keputusan yang harus mereka ambil saat mengurus anak. Saya pernah mendengar suatu kutipan, "Tiada cinta yang lebih besar daripada cinta seorang orang tua kepada anaknya." Rasanya saya mulai setuju. Akhir kata, semoga tulisan ini semakin mengingatkan kita untuk lebih menyayangi orang tua kita dan jika suatu saat kalian para anak merasa terlalu diatur oleh orang tua, menjadi bandel (melawan) bukanlah solusi terbaik. Hargai saja, coba renungi apa yang ingin disampaikan, dan tunjukkan bahwa kalian bisa dipercaya untuk berbuat yang benar.

A change in mood

Selamat malam, jadi saya ingin menjelaskan mengapa postingan saya setelah ini dan sebelum ini mungkin akan sedikit berbeda dalam tema dan intonasi.

Awalnya blog ini saya buat dengan tujuan untuk mengerjakan tugas di perkuliahan saya dulu. Setelah kuliah itu selesai, saya rencananya ingin melanjutkan menulis di blog ini, untuk latihan saja biar komunikasinya lebih baik hehehe.

Nah, dari awal blog ini sudah bernama 'Sekeping Kisah', dan saya bingung juga kenapa saya memilih nama itu karena rasanya tidak cocok dengan postingan sebelumnya hmm (postingan sebelumnya serius-serius semua). Oleh karena itu, untuk ke depannya agaar lebih sesuai dengan judul blog ini saya ingin memuat postingan yang lebih santai, dan biasanya berupa kisah-kisah yang saya temukan di kehidupan sehari-hari. Selamat menikmati!