Powered By Blogger

Wednesday, July 31, 2019

Bahaya Internet: Elsagate, Penyalahgunaan Algoritma YouTube

Kemarin saya mempelajari suatu fenomena baru yang mengingatkan saya kembali bahwa internet bisa menjadi tempat yang kurang menyenangkan, terutama bagi anak-anak. Apakah fenomena tersebut? Sesuatu yang populer di internet dengan sebutan Elsagate.

Peringatan: Tulisan di bawah berisikan deskripsi ataupun ilustrasi yang mungkin dapat membuat Anda tidak nyaman. Mohon pertimbangkan kembali sebelum melanjutkan.



Istilah Elsagate sendiri berasal dari dua kata, Elsa (Karakter milik Disney yang populer melalui film Frozen) dan gate, istilah yang sering digunakan untuk mengacu pada kejadian-kejadian yang kontroversial. Istilah ini digunakan untuk menyebut video-video yang oleh YouTube dikategorikan aman untuk anak-anak, namun ternyata mengandung konten untuk orang dewasa seperti adegan bertemakan seksual atau kekerasan. Umumnya, video-video tersebut memiliki thumbnail dan judul yang menarik bagi anak-anak, misalnya dengan menggunakan tokoh kartun atau berbagai macam warna. Video-video semacam ini sudah ditemukan sejak tahun 2014, dan mulai semakin viral pada tahun 2017.
Contoh thumbnail dari video-video Elsagate. Sumber: Artikel Wikipedia mengenai Elsagate
Memang kurang adil menilai suatu konten dari thumbnail-nya saja, namun menurut saya contoh-contoh video di atas kemungkinan bukan sesuatu yang wajar untuk dilihat oleh anak-anak. Masalahnya, algoritma YouTube, terutama pada tahun 2014-2017 (Saat video-video semacam ini mulai banyak ditemukan) seringkali menganggap video-video semacam ini sebagai suatu konten yang ramah untuk anak-anak, karena judul dan deskripsi videonya yang seringkali menggunakan nama-nama karakter kartun populer.

Sampai saat ini belum jelas apa sebenarnya tujuan dari para pengunduh video-video ini. Ada beragam pendapat mengenai hal ini, dari yang sederhana seperti untuk alasan finansial hingga alasan konspriasi seperti ingin merusak pikiran anak-anak. Apapun alasannya, fenomena ini mengingatkan kita agar lebih berhati-hati dalam memilah konten dari internet, baik untuk diri kita sendiri maupun untuk anak/adik kita.

Bagaimana dengan saat ini? Apakah video-video semacam ini masih dapat ditemukan di YouTube? Saya iseng mencoba mencari tahu dengan menggunakan incognito browser. Berikut ini adalah screenshot video-video yang saya temukan, dengan menggunakan beberapa kata kunci seperti "kids animation", "Elsa", dst.


Setelah mencari-cari selama sekitar 10 menit dan melihat beberapa video, saya tidak menemukan video dengan konten bertemakan seksual ataupun kekerasan seperti yang ramai dibahas saat fenomena Elsagate ini sedang ramai. Sebagian besar video yang saya tonton tidak memiliki alur yang jelas, dan hanya berisikan gambar berwarna-warni, musik yang catchy, dan karakter-karakter kartun. Ada beberapa adegan (seperti yang saya screenshot di atas) yang agak mengganjal, namun menurut pendapat saya sih masih dalam batas wajar. Bagaimana menurut kalian?

Sekian sudah penjelasan mengenai fenomena Elsagate ini. Saya memang tidak berniat membahasnya terlalu dalam pada postingan kali ini, dan hanya ingin mengenalkan pada kalian mengenai potensi bahaya dari internet. Jika kalian tertarik untuk membaca lebih detail lagi mengenai topik ini, ada beberapa artikel yang saya rekomendasikan seperti artikel medium yang ditulis oleh James Bridle ini dan artikel berita dari techinasia yang juga membahas tentang Elsagate. Akhir kata, saya ingatkan sekali lagi agar lebih waspada saat mengakses internet. Banyak sekali hal yang dapat kita temukan di sana, termasuk hal-hal yang mungkin bersifat negatif. Terima kasih sudah membaca.

Monday, June 17, 2019

Larung

Larung merupakan buku terakhir dari dwilogi Saman & Larung. Setelah puas membaca novel Saman, saya langsung tidak sabar untuk membaca lanjutannya. Oleh karena itu, saya akan membahas mengenai Larung pada post kali ini (Ulasan mengenai Saman dapat dibaca di sini). Peringatan dahulu, pada paragraf-paragraf berikutnya mungkin akan ada spoiler mengenai novel ini, careful!
Sampul Buku Larung. Sumber: Foto sendiri

Saman dan empat sahabat perempuan (Shakuntala, Cok, Yasmin, dan Laila) kembali muncul di novel ini. Pada novel sebelumnya, telah diceritakan kisah perjuangan Saman untuk lolos dari tuduhan yang diberikan kepadanya hingga ia melarikan diri ke luar negeri. Kali ini, ia harus membantu beberapa orang aktivis yang mengalami nasib serupa dengannya; ia harus meloloskan mereka dari cengkraman fitnah. Saman dibantu oleh seorang pemuda dengan karakter gelap, yaitu Larung.

Ayu Utami membuka novel ini dengan menceritakan kisah masa lalu Larung. Menurut saya, kisah ini merupakan bagian terseru dan paling menarik dari novel. Kisah Larung dipenuhi dengan unsur petualangan dan hal-hal berbau mistis, di mana ia mencoba untuk membebaskan dirinya dari sang Simbah yang nampak abadi akibat jimat-jimat. Saya dapat merasakan kengerian yang dilihat dan dialami Larung. Serupa dengan novel sebelumnya, saya rasa gaya bahasa Ayu Utami memang menunjukkan keunggulannya saat menceritakan kisah berbau horor; bahasanya yang eksplisit membantu imajinasi pembaca untuk membayangkan apa yang terjadi.

Namun sangat disayangkan, setelah bagian terseru tersebut lewat, sisa novel ini terasa kurang memuaskan. Setelah buku pertama, saya berharap kisah Shakuntala dan Laila akan diperdalam di novel ini, namun rasanya tidak pernah terjadi. Akhirnya, kedua tokoh ini tampak kurang berperan pada narasi utama. Lalu, bagian yang seharusnya menjadi klimaks dari novel ini, saat Saman membantu para aktivis, diceritakan dengan sedikit terburu-buru sehingga terkesan antiklimaks. Interaksi Saman dengan Larung pun sangat minim, padahal itu salah satu bagian yang paling saya tunggu setelah membaca masa lalu Larung di awal novel.

Ending novel ini pun terasa lemah. Saat Saman dan Larung dibunuh di akhir cerita, saya tidak merasakan apapun, apakah itu marah ataupun sedih, karena semuanya terjadi begitu mendadak. Apakah mungkin memang itu pesan yang ingin disampaikan? Bahwa kematian dapat datang secara tiba-tiba? Saya tidak tahu.

Secara keseluruhan, saya masih menikmati novel Larung ini. Meskipun sedikit kecewa, namun menurut saya dwilogi Saman & Larung ini  menarik untuk dibaca, terutama jika kalian mencari novel dengan gaya bahasa yang lebih berani.

Sekian dulu, terima kasih telah membaca :)

Tuesday, May 28, 2019

Kisah Sungai Alligator

Akhir-akhir ini saya sedang mencoba menyelesaikan novel yang baru saya beli, yaitu Larung. Pada novel tersebut disinggung suatu kisah tentang etika yang cukup menarik. Setelah searching di internet, saya mempelajari bahwa kisah tersebut populer dengan sebutan "Alligator River Story" (Kisah Sungai Alligator). Berikut kisahnya, seperti yang saya kutip dari https://wwwp.oakland.edu/Assets/upload/docs/Instructor-Handbook/The-Alligator-River-Story.pdf :

Once upon a time there was a woman named Abigail who was in love with a man named Gregory. Gregory lived on the shore of a river. The river, which separated the two lovers, was teeming with man-eating alligators. Abigail wanted to cross the river to be with Gregory. Unfortunately, the bridge had been washed out. So she went to ask Sinbad, a riverboat captain, to take her across. He said he would be glad to if she would consent to go to bed with him preceding the voyage. She promptly refused and went to a friend named Ivan to explain her plight. Ivan did not want to be involved at all in the situation.
Abigail felt her only alternative was to accept Sinbad's terms. Sinbad fulfilled his promise to Abigail and delivered her into the arms of Gregory. When she told Gregory about her amorous escapade in order to cross the river, Gregory cast her aside with disdain. Heartsick and dejected, Abigail turned to Slug with her tale of woe. Slug, feeling compassion for Abigail, sought out Gregory and beat him brutally. Abigail was overjoyed at the sight of Gregory getting his due. As the sun sets on the horizon, we hear Abigail laughing at Gregory.
Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, kira-kira seperti ini:
Pada suatu masa hidup seorang wanita bernama Abigail yang jatuh cinta pada seorang Pria bernama Gregory. Gregory tinggal di desa di seberang sungai. Sungai yang memisahkan dua kekasih ini dipenuhi oleh Alligator pemakan manusia. Abigail ingin menyebrangi sungai untuk betemu Gregory. Namun, jembatan yang menghubungkan desa mereka rusak oleh banjir. Abigail pergi menemui Sinbad, seorang pemilik kapal di desanya, dan meminta bantuan pria itu untuk menyebrangi sungai. Sinbad memberikan sebuah syarat yaitu Abigail harus mau tidur bersamanya di malam sebelum keberangkatan. Abigail menolak syarat tersebut dan pergi menemui temannya Ivan dan ia menceritakan masalah yang ia hadapi. Ivan tidak mau terlibat sama sekali dalam masalah ini.

Abigail merasa bahwa satu-satunya pilihan bagi dia adalah dengan menerima syarat Sinbad. Pada akhirnya, Sinbad memenuhi janjinya dan mengantar Abigail untuk bertemu Gregory. Ketika Abigail bercerita kepada Gregory mengenai perjuangannya agar dapat menyebrangi sungai, Gregory mengusirnya dengan perasaan jijik. Sakit hati atas perilaku kekasihnya itu, Abigail menceritakan kejadian tersebut kepada Slug. Slug, yang dipenuhi emosi dan merasa kasihan pada Abigail, menemui Gregory dan menghajarnya secara brutal. Abigail merasa senang melihat Gregory mendapat ganjaran atas perbuatannya. Selagi matahari terbenam, kita dapat mendengar Abigail menertawakan Gregory.

Setelah mendalami kisah tersebut, coba urutkan karakter-karakter yang muncul di cerita tersebut dari yang paling buruk perilakunya. Mungkin Anda ingin berhenti untuk berpikir dahulu sebelum saya memberikan jawaban saya.

.................................................................................

Kalau saya mengurutkannya sebagai  berikut: Slug, Abigail, Gregory, Sinbad, dan Ivan. Mengapa demikian? Penjelasan singkat saja; Saya memilih Slug sebagai yang berperilaku paling buruk karena dia tanpa ragu main hakim sendiri dengan menggunakan kekerasan. Kemudian, Abigail karena ia terlalu buru-buru dalam mengambil keputusan, harusnya ia mempertimbangkan bahwa menyetujui syarat Sinbad dapat merusak hubungannya dengan Gregory.

Gregory mungkin tampak seperti korban pada cerita ini, namun dia sendiri tidak mencoba untuk menemui Abigail. Sedangkan Sinbad, dia mungkin memberikan syarat yang tidak etis, namun dia tidak memaksa dan pada akhirnya dia memenuhi janjinya. Ivan menurut saya yang paling mending di antara kelima karakter ini, dia memang tidak mau membantu Abigail, tapi dia memang tidak memiliki kewajiban apapun untuk membantu Abigail.

Pastilah banyak pandangan lain yang berbeda dari saya, dan rasanya memang tidak ada jawaban yang paling benar untuk pertanyaan macam ini. Bagaimana menurut kalian? Siapakah karakter dengan perilaku paling buruk?

Terima kasih sudah membaca, sampai jumpa bulan depan ~~~

Saturday, April 20, 2019

Saman

Halo semuanya, kali ini saya ingin membahas tentang novel yang baru saja selesai saya baca, yaitu Saman. Novel ini merupakan salah satu karya Ayu Utami yang paling terkenal, pertama kali terbit pada tahun 1998. Karya ini juga memenangkan Sayembara Roman Dewan Kesenian Jakarta pada tahun yang sama. Pada paragraf-paragraf berikutnya mungkin akan terdapat spoiler mengenai alur cerita novel ini, so read at your own risk!
Sampul Buku Saman pada tahun 1998. Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/7/75/Saman_Indonesia_1998.jpg


Saman bercerita mengenai seorang mantan pastur yang bernama Saman dan empat perempuan yang bersahabat sejak kecil: Shakuntala, Cok, Yasmin, dan Laila. Meskipun kelima tokoh ini muncul dalam novel, namun seluruh kisah di dalam novel diceritakan menurut prespektif tiga tokoh saja yaitu Laila, Saman, dan Shakuntala. Novel ini banyak mengangkat topik seksualitas dan spiritual.

Hal pertama yang menarik perhatian saya saat pertama kali membaca novel ini adalah bahasa yang digunakan, di mana sang penulis seringkali menggunakan kata-kata yang cukup vulgar. Selain itu, penulis tidak ragu untuk menggambarkan adegan yang berkaitan dengan seksualitas secara eksplisit. Ciri-ciri ini jarang saya temukan dalam novel Indonesia lain yang telah saya baca. Karena Saman dibuat 20 tahun lalu, mungkinkah pada masa itu gaya bahasa semacam ini lazim ditemukan pada novel-novel Indonesia, atau ciri khas inilah yang menghantarkan Saman menjadi karya yang populer?

Bagian terseru dari novel ini adalah kisah dari sang tokoh utama, yaitu Saman. Mulai dari kisah masa kecilnya, di mana kita mempelajari motivasi utama Saman untuk menjadi seorang pastur hingga masa-masa tugas Saman di Prabumulih, yang menyebabkan ia kehilangan imannya. Penulis sukses dalam menggambarkan pelbagai pengalaman Saman secara menegangkan dan juga nilai-nilai sosial yang terdapat pada zaman orde baru.

Sedangkan untuk kisah dari Shakuntala dan Laila rasanya kurang berpengaruh terhadap narasi utama novel ini. Kisah mereka hanya digunakan untuk memperkenalkan lebih dalam mengenai empat sahabat tersebut dan bagaimana hubungan mereka dengan Saman. Mungkin kisah Shakuntala dan Laila akan dilanjutkan di novel berikutnya, Larung. Tetap saja, ada yang kurang dari kisah mereka di novel Saman ini.

Intinya, novel Saman ini merupakan salah satu novel dengan gaya bahasa khas dibandingkan dengan novel Indonesia lainnya. Alur cerita yang disajikan juga menarik, meskipun ada beberapa bagian yang mungkin akan terasa membosankan atau kurang memuaskan.

Terima kasih telah membaca tulisan ini. Mohon kritik dan saran dari kalian :)

Tuesday, February 12, 2019

Mengupas Esai dari Denny JA: NKRI Bersyariah atau Ruang Publik yang Manusiawi?

Tulisan ini merupakan ulasan dari esai https://pwi.or.id/index.php/berita-pwi/1117-nkri-bersyariah-atau-ruang-publik-yang-manusiawi .

Esai dari Denny JA kali ini memiliki bahasan utama mengenai urgensi membentuk NKRI bersyariah. Pada bagian awal esai Denny menjelaskan bagaimana bahasan mengenai NKRI bersyariah ini menjadi isu yang hangat dibicarakan oleh maysarakat. Salah satu pejuang utama gagasan ini adalah Habib Rizieq, di mana beliau berulang kali menyerukan isu ini pada beberapa acara besar, seperti saat memulai aksi 212 dan pada reuni 212. Langsung saja, setelah memberikan pendahuluan singkat, Denny memberikan saran dan pandangannya mengenai isu tersebut.

Denny menjelaskan bahwa Habib Rizieq harus menyampaikan argumennya dengan parameter yang lebih terukur. Saran ini kemudian diperkuat dengan contoh lembaga  yang telah melakukan hal tersebut, yaitu lembaga Yayasan Islamicity Index. Lembaga ini ingin membentuk ruang publik sesuai dengan arahan kitab suci Quran. Pada bagian ini Denny berhasil menjelaskan apa yang dilakukan lembaga tersebut dengan bahasa yang cukup sederhana dan mudah diikuti oleh pembaca awam. Selain itu, dibahas pula beberapa fakta menarik dari hasil penelitian lembaga tersebut.

Menurut hasil penelitian lembaga tersebut, setelah menelaah berbagai data yang berhubungan dengan Islamicity index, ternyata ditemukan bahwa negara-negara dengan nilai indeks tertinggi adalah negara-negara yang mayoritas penduduknya merupakan non-Muslim. Bahkan, negara-negara mayoritas Muslim mendapat peringkat yang cukup rendah. Penting untuk diperhatikan bahwa indeks yang digunakan berfokus pada hubungan sosial di masyarakat saja, tidak memperhitungkan aspek hubungan individu dengan Tuhannya (seperti prinsip Tauhid dan akidah). Hal ini sedikit menjelaskan mengapa negara-negara mayoritas non-muslim dapat memperoleh nilai Islamicity Index yang tinggi.

Tetap saja, fakta ini menunjukkan bahwa nilai-nilai sosial yang islami masih kurang diterapkan oleh negara mayoritas Muslim. Hal ini mengajak kita untuk mengevaluasi diri, manakah yang lebih penting? Sekedar label sebagai negara Islami ataukah praktek-praktek nilai Islami pada kehidupan sehari-hari? Mencoba membentuk NKRI bersyariah tanpa paramater yang terukur dapat berdampak negatif karena salah satunya kita akan kesulitan dalam menjawab pertanyaan di atas.

Pada bagian ini, Denny berhasil menunjukkan maksud sarannya terhadap seruan Habib Rizieq pada awal esai. Pertama, dengan adanya paramater-parameter yang dapat diukur tersebut, definisi NKRI bersyariah dapat dirancang dengan lebih jelas dan seobjektif mungkin. Selain itu, melalui riset terhadap negara-negara, sepertti yang dilaksanakan oleh Yayasan Islamicity Index, kita dapat melihat sudah seberapa dekat Indonesia dengan definisi NKRI bersyariah yang sesuai dengan parameter dan seberapa besar urgensi untuk melakukan perubahan, misalnya dengan membandingkan nilai indeks yang didapatkan oleh Indonesia dengan negara-negara lain.

Denny membawa kita untuk semakin fokus ke permasalahan apakah lebih penting label sebagai negara Islami atau penerapan dari nilai-nilai Islami itu sendiri dengan menyampaikan bahwa hasil riset Islamicity Index ini tidak jauh berbeda dengan hasil riset dari lembaga lain, yaitu UN Sustainable Development Solution Network (SDSN) melalui penelitian World Happiness Index. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kemajuan sebuah bangsa dengan melihat kemampuan negara tersebut untuk membuat warga negaranya dapat menjalani kehidupan dengan bahagia. Lagi-lagi, jika tiap negara diperingkat berdasarkan nilai indeksnya, negara-negara barat mendominasi peringkat 10 besar, sedangkan negara yang mayoritasnya Muslim berada di level tengah.

Pada dasarnya, Islam, sebagaimana agama lain, berisikan nilai-nilai yang baik dan dapat dinikmati oleh semua manusia secara universal. Nilai-nilai yang universal ini juga merupakan nilai-nilai manusiawi yang harusnya coba digapai oleh tiap negara, tak terkecuali Indonesia.

Namun, mungkin yang menjadi permasalahan bagi penggagas NKRI bersyariah adalah, bagaimana dengan akidah Islam dalam ruang publik manusiawi itu? Baik dalam parameter yang ditentukan oleh yayasan Islamicity Index maupun SDSN, hak tiap individu untuk beragama sesuai dengan keyakinan masing-masing merupakan salah satu hak asasi dasar yang memiliki signifikasi tinggi. Indonesia bahkan memberikan perhatian lebih ekstra melalui pancasila dengan membentuk kementrian agama secara khusus, sesuatu yang tidak dimiliki negara demokrasi yang lain.

Denny menutup esainya dengan menegaskan bahwa harusnya diskusi mengenai asas negara sudah memiliki jawaban yang jelas. Pancasila merupakan fondasi yang tepat untuk Indonesia, karena nilai-nilai yang tertanam pada Pancasila sudah cukup untuk mengantar Indonesia untuk mencapai ruang publik yang manusawi. Ada baiknya jika kita fokus ke permasalahan di bidang lain yang lebih mendesak, seperti revolusi industri keempat agar tidak tertinggal dari negara lain.

Akhir kata, saya merasa bahwa bahasan yang dibawa esai ini menarik. Memang, untuk saat ini tampaknya seruan NKRI bersyariah tidak memiliki urgensi yang tinggi, karena nilai-nilai Islami sudah terkandung di pancasila. Namun, jika terus diadakan penelitian dengan parameter yang terukur, seminimalnya dapat memberikan prespektif baru terhadap permasalahan ini.

Sunday, January 6, 2019

Pengalaman Mengikuti Seleksi BPI LPDP 2018

Halo semuanya, pada kesempatan kali ini saya ingin membahas mengenai BPI (Beasiswa Pendidikan Indonesia) LPDP. Brace yourself, because there will be a lot of text :).

BPI LPDP merupakan bantuan dana yang diberikan pemerintah untuk Warga Negara Indonesia yang ingin melanjutkan studinya di tingkat magister/doktoral, baik untuk kuliah di dalam negeri maupun di luar negeri. Dana yang diberikan ini mencakup tuition fee (biaya kuliah) dan uang saku untuk kehidupan sehari-hari.

Kemarin saya mencoba mengikuti seleksi beasiswa tersebut, tepatnya BPI reguler untuk kuliah magister di luar negeri. Pada akhirnya, saya gagal di tahap terakhir, yaitu seleksi substansi.
 
Untuk BPI LPDP 2018 tujuan luar negeri, pendaftaran dibuka pada tanggal 2 Juli 2018. Setelah itu, dilanjutkan dengan berbagai tahap seleksi hingga 14 Desember 2018. Secara garis besar, tahap-tahap seleksi tersebut terbagi menjadi:
  • Seleksi Administrasi
  • Seleksi Berbasis Komputer
  • Seleksi Substansi

Seleksi Administrasi

Hal pertama yang harus dilakukan adalah melakukan pendaftaran secara online dan juga mempersiapkan dokumen-dokumen yang dibutuhkan. Pendaftaran dilakukan pada  situs https://beasiswalpdp.kemenkeu.go.id/index.php, di mana kita harus membuat akun terlebih dahulu.

 
Tampilan situs pendaftaran beasiswa LPDP, per 1 Januari 2019


Seperti terlihat pada tangkapan layar di atas, untuk membuat akun cukup dengan mengklik tombol biru yang tersedia. Selain itu, kita juga dapat mengunduh user manual pendafaran dan booklet mengenai berbagai beasiswa dari LPDP pada situs tersebut. 

Pendapat saya pribadi, sebaiknya teman-teman yang ingin mencoba mendaftar beasiswa LPDP mengunduh dan membaca terlebih dahulu booklet dari LPDP tersebut. Karena pada booklet tersebut dituliskan berbagai hal tentang beasiswa yang bersangkutan seperti persyaratan, dokumen yang dibutuhkan, tahap seleksi, dan lain sebagainya. Harap diperhatikan bahwa ada kemungkinan booklet tersebut akan diperbaharui pada tahun-tahun berikutnya.

Setelah membuat akun dan mengisi form pendaftaran serta data pribadi, kita diharuskan untuk mengunggah dokumen-dokumen yang dibutuhkan pada akun kita. Jadi, pada tahap ini kita belum perlu mengirimkan dokumen asli dalam bentuk fisik ke pihak LPDP. Namun, pada tahap berikutnya akan ada verifikasi antara dokumen yang kita upload dengan dokumen aslinya, jadi pastikan kalian mengunggah dokumen yang tepat.

Untuk selengkapnya dapat dilihat pada booklet, namun dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk mendaftar BPI reguler tujuan luar negeri antara lain:
  • Surat pernyataan pendaftar, dilengkapi dengan materai
  • Surat rekomandasi dari tokoh masyarakat
  • Bukti sertifikasi Bahasa Inggris (atau bahasa lainnya, tergantung dari universitas tujuan)
  • Essai
  • Rencana studi
  • Surat keterangan sehat dan surat keterangan bebas TBC
  • Transkrip dan ijazah Sarjana
  • Surat izin belajar sesuai format LPDP (bagi yang sedang bekerja)
  • Kartu Tanda Penduduk
Batas waktu untuk mengunggah dokumen pada seleksi BPI tujuan luar negeri 2018 adalah 21 September 2018. Artinya, kemarin saya memiliki waktu sekitar 2 bulan lebih untuk melengkapi dokumen-dokumen tersebut. Beberapa dokumen juga sudah saya mulai siapkan sebelum pendaftaran dimulai, misalnya sertifikasi Bahasa Inggris.

Dokumen yang menurut saya paling sulit untuk dipersiapkan adalah surat rekomendasi dan surat keterangan sehat. Karena kedua dokumen ini membutuhkan bantuan dari pihak lain yang sulit untuk kita kontrol. Sedangkan dokumen lainnya boleh dikatakan bergantung sepenuhnya pada diri masing-masing. Asalkan kita tekun dalam mempersiapkannya, harusnya dapat selesai tepat waktu.

Untuk surat rekomendasi saya meminta bantuan dari dosen pembimbing saya dulu, Pak Aleams Barra. Saya bersyukur karena Beliau kooperatif dan tanggap, sehingga surat rekomendasi sudah selesai di bulan Juli. Sedangkan untuk surat keterangan sehat dan surat keterangan bebas TBC, karena LPDP mewajibkan surat tersebut dikeluarkan oleh Rumah Sakit Pemerintah atau Puskesmas, maka saya mengurusnya di Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit, yang paling dekat dari rumah saya. Saya harus beberapa kali kembali ke rumah sakit ini sebelum akhirnya berhasil mendapatkan dokumen yang saya butuhkan.


Seleksi Berbasis Komputer

Tahap berikutnya adalah seleksi berbasis komputer. Secara keseluruhan, seleksi berbasis komputer diadakan pada tanggal 8-19 Oktober 2018. Untuk peserta yang berdomisili di Jakarta, lokasi seleksinya adalah di BKN (Badan Kepegawaian Negara) Pusat, Cililitan dan dilaksanakan pada tanggal 15-17 Oktober 2018. Saya sendiri mendapat jadwal seleksi di tanggal 16 Oktober, pada sesi yang paling awal (mulai jam 7 dan selesai sekitar jam 11).

Rangkaian seleksi berbasis komputer terdiri dari Tes Potensi Akademik, Soft Competency, dan On the spot writing. Pengumuman mengenai jadwal dan rangakaian seleksi berbasis komputer saya dapatkan melalui email pada tanggal 4 Oktober 2018, sehingga saya punya cukup banyak waktu untuk mempersiapkan diri. 

Tes Potensi Akademik (TPA) di sini merupakan tes yang biasa ditemukan pada SBMPTN ataupun tes seleksi kerja, di mana kemampuan logika, berhitung, spasial, dan bahasa kita akan diuji. Agar siap dalam menghadapi tes ini, saya sarankan teman-teman banyak latihan soal. Sebab materi yang diujikan sebetulnya tidak sulit, namun yang menjadi tantangan terbesar adalah waktu karena dalam 90 menit kita harus menyelesaikan sekitar 60 soal pilihan ganda. Dari pengalaman saya, salah satu hal yang menghabiskan waktu dalam ujian adalah membaca dan memahami soal. Dengan banyak latihan soal, kita akan terbiasa dengan berbagai macam pertanyaan TPA sehingga kita bisa cepat mengerti maksud soal dan bisa memanfaatkan sebagian besar waktu untuk memikirkan jawabannya. Soft Competency adalah semacam tes psikologi yang  menilai karakter kita, misalnya tentang kemampuan adaptasi, kepemimpinan, dan pengambilan keputusan. Terakhir adalah On the spot writing, di mana kita harus membuat sebuah esai sesuai dengan topik yang diberikan pada saat seleksi dalam 30 menit. Esai tersebut harus diketikkan dalam Bahasa Inggris.

Puji Tuhan saya tidak menemui banyak hambatan dalam menjalani tahap seleksi yang ini. Saya berhasil tiba di lokasi seleksi tepat waktu, dan setelah mendengarkan arahan dari panitia,  dapat mengikuti tiap rangkaian tes dengan lancar. Untuk hasil dari TPA dan Soft Competency langsung diumumkan setelah kita menyelesaikan seluruh rangkaian seleksi. Saya mendapatkan topik mengenai defisit BPJS dan kira-kira apa solusi yang dapat dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut untuk On the spot writing.

Seleksi Substansi

Pada tanggal 25 Oktober 2018, hasil seleksi berbasis komputer diumumkan. Saya sangat bersyukur saya bisa lolos ke tahap seleksi terakhir, yaitu seleksi substansi. Seleksi substansi akan dilaksanakan pada rentang tanggal 12 November 2018 - 14 Desember 2018. Untuk daerah Jakarta, seleksi substansi akan diadakan dua kali, yaitu pada 4-6 Desember dan 12-14 Desember berlokasi di PKN STAN, Pondok Aren. Saya mendapat jadwal di 12-14 Desember.

Seleksi Subtansi terdiri dari tiga buah kegiatan yaitu; verifikasi dokumen, Leaderless Group Discussion (LGD), dan wawancara. Saya kebetulan akan melaksanakan ketiga kegiatan tersebut pada hari yang sama, yaitu 12 Desember. Namun, setelah bercakap dengan peserta lain, ada juga yang harus melaksanakan ketiga kegiatan tersebut pada hari yang berbeda sehingga harus datang ke PKN STAN lebih dari sekali.

Verifikasi dokumen merupakan tahap yang penting, karena kita tidak diperbolehkan untuk mengikuti kegiatan lainnya jika dokumen yang kita bawa tidak lengkap atau tidak sesuai dengan yang diunggah pada seleksi administrasi dulu. Harap diperhatikan bahwa kita harus membawa dokumen asli, bukan fotokopian. Bahkan untuk dokumen seperti ijazah juga harus dibawa aslinya, tidak dapat digantikan dengan fotokopi terlegalisir sekalipun.

LGD merupakan diskusi grup tanpa moderator, dengan jumlah peserta diskusi sebanyak 6-7 orang. Topik untuk LGD  tidak kita ketahui hingga sudah di ruangan seleksi, namun biasanya topik yang diberikan cukup umum (tidak terlalu spesifik ke bidang sains atau ekonomi, misalnya) agar cukup adil bagi para peserta dari bidang yang berbeda-beda. LGD ini akan dilaksanakan dalam Bahasa Inggris.

Sedangkan untuk wawancara, kita akan diwawancara oleh tiga orang penilai. Wawancara ini bisa diadakan dalam Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, atau campuran keduanya. Topik wawancara seputar tentang rencana studi kita, alasan mengapa kita layak dapat beasiswa, kepribadian kita, dan nilai-nilai kenegaraan.

Selagi mempersiapkan diri untuk tahap seleksi subtansi, saya baru tahu bahwa ada beberapa grup di media sosial yang berisikan para peserta seleksi LPDP 2018. Grup-grup tersebut ada di Whatsapp, Telegram, dan Discord. Sangat bermanfaat karena kita dapat saling berbagi informasi, dan khusus untuk Discord seringkali digunakan sebagai sarana untuk berlatih LGD dan wawancara. Saya juga banyak berlatih  bersama teman dari ITB yang kebetulan mengikuti seleksi LPDP juga, yaitu Monce. Thanks Monce!

Akhirnya hari H tiba, saya berangkat dari rumah saya kira-kira pada pukul 7 pagi. Kegiatan pertama saya adalah LGD di pukul 9 pagi. Ya, urutan kegiatan saya adalah LGD-Verifikasi dokumen- Wawancara. Verifikasi dokumen dijadwalkan pada pukul setengah 4 sore, sedangkan wawancara pada pukul setengah 5 sore.

Beberapa menit sebelum LGD dimulai, saya sempat berkenalan dan mengobrol dengan beberapa peserta yang akan berdiskusi dengan saya. Mereka sangat ramah, sehingga rasa tegang saya berkurang. Akhirnya, kami diminta masuk ke dalam ruangan LGD.

Di ruangan tersebut ada dua orang penilai. Topik yang saya dapatkan adalah mengenai masih kurangnya regulasi bagi para pekerja domestik. Diberikan pula semacam uraian/artikel singkat mengenai topik tersebut. Kami diberikan waktu 5 menit untuk membaca artikel tersebut, setelah itu boleh langsung memulai diskusi selama 20 menit. Selama diskusi, para penilai tersebut sama sekali tidak berbicara dan hanya sibuk mencatat. Kita juga diberikan kertas kosong untuk coretan, tapi alat tulis harus kita sediakan sendiri.

Setelah LGD selesai, saya memutuskan untuk makan siang dulu. Untung di dekat PKN STAN banyak warung makan sehingga saya tidak harus jauh-jauh mencari. Seselesai makan, saya segera kembali ke tempat menunggu peserta. Di situ juga terdapat meja-meja tempat verifikasi dokumen. Memang menurut jadwal masih 4 jam lagi hingga giliran saya, tapi saya bingung mengunggu di mana lagi. Selagi menunggu, saya banyak bermain handphone ataupun ngobrol dengan peserta lain. 

Ternyata pada jam 11an nama saya sudah dipanggil untuk verifikasi dokumen, jauh lebih cepat dari jadwal seharusnya. Namun, jadwal wawancara tidak berubah sehingga saya tetap harus menunggu hingga sore hari. Karena sudah menyiapkan dengan teliti pada hari sebelumnya, verifikasi dokumen Puji Tuhan berjalan dengan lancar. Diwarnai oleh suara hujan dan obrolan peserta lainnya, saya pun menunggu giliran wawancara. Masing-masing peserta kira-kira diwawancara selama 45 - 90 menit.

Pukul setengah 5, nama saya dipanggil untuk masuk ke ruang wawancara. Setelah berjabat tangan dengan tiga orang pewawancara, saya duduk dan wawancara pun dimulai. Awalnya saya diwawancara dalam Bahasa Inggris, namun ada beberapa pertanyaan yang dalam Bahasa Indonesia. Kalau kemarin pewawancara saya cukup baik karena memberitahu saya harus menjawab dalam bahasa apa. Pertanyaan yang diberikan sebagian besar sesuai dengan topik yang saya sudah siapkan, dan percakapan saya dengan para pewawancara berjalan mulus, sehingga menurut saya wawancara saya lalui dengan cukup baik. 

Setelah 30 menit lebih, wawancara selesai dan saya diperbolehkan untuk meninggalkan ruangan. Saya pun langsung berdiri, mengucapkan terima kasih dan segera pergi. Keluar dari ruangan, saya langsung bernafas lega. Akhirnya seluruh rangkaian seleksi LPDP berhasil saya lalui.

Setelah Seleksi

Hasil seleksi substansi akan diumumkan pada tanggal 28 Desember 2018. Wew, jujur ini mungkin adalah dua minggu paling tegang dalam hidup saya. Pada akhirnya, sayang sekali perjuangan saya harus berhenti di sini, saya tidak cukup baik untuk lolos seleksi substansi. Selamat untuk teman-teman peserta seleksi LPDP 2018 yang berhasil lolos! Saya tidak menyesal telah mengikuti seleksi LPDP ini, karena banyak pelajaran yang berhasil saya dapatkan. Semoga apa yang saya ceritakan di sini juga dapat berguna bagi kalian semua.

Terima kasih telah membaca blog kali ini :)