Powered By Blogger

Saturday, April 20, 2019

Saman

Halo semuanya, kali ini saya ingin membahas tentang novel yang baru saja selesai saya baca, yaitu Saman. Novel ini merupakan salah satu karya Ayu Utami yang paling terkenal, pertama kali terbit pada tahun 1998. Karya ini juga memenangkan Sayembara Roman Dewan Kesenian Jakarta pada tahun yang sama. Pada paragraf-paragraf berikutnya mungkin akan terdapat spoiler mengenai alur cerita novel ini, so read at your own risk!
Sampul Buku Saman pada tahun 1998. Sumber: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/7/75/Saman_Indonesia_1998.jpg


Saman bercerita mengenai seorang mantan pastur yang bernama Saman dan empat perempuan yang bersahabat sejak kecil: Shakuntala, Cok, Yasmin, dan Laila. Meskipun kelima tokoh ini muncul dalam novel, namun seluruh kisah di dalam novel diceritakan menurut prespektif tiga tokoh saja yaitu Laila, Saman, dan Shakuntala. Novel ini banyak mengangkat topik seksualitas dan spiritual.

Hal pertama yang menarik perhatian saya saat pertama kali membaca novel ini adalah bahasa yang digunakan, di mana sang penulis seringkali menggunakan kata-kata yang cukup vulgar. Selain itu, penulis tidak ragu untuk menggambarkan adegan yang berkaitan dengan seksualitas secara eksplisit. Ciri-ciri ini jarang saya temukan dalam novel Indonesia lain yang telah saya baca. Karena Saman dibuat 20 tahun lalu, mungkinkah pada masa itu gaya bahasa semacam ini lazim ditemukan pada novel-novel Indonesia, atau ciri khas inilah yang menghantarkan Saman menjadi karya yang populer?

Bagian terseru dari novel ini adalah kisah dari sang tokoh utama, yaitu Saman. Mulai dari kisah masa kecilnya, di mana kita mempelajari motivasi utama Saman untuk menjadi seorang pastur hingga masa-masa tugas Saman di Prabumulih, yang menyebabkan ia kehilangan imannya. Penulis sukses dalam menggambarkan pelbagai pengalaman Saman secara menegangkan dan juga nilai-nilai sosial yang terdapat pada zaman orde baru.

Sedangkan untuk kisah dari Shakuntala dan Laila rasanya kurang berpengaruh terhadap narasi utama novel ini. Kisah mereka hanya digunakan untuk memperkenalkan lebih dalam mengenai empat sahabat tersebut dan bagaimana hubungan mereka dengan Saman. Mungkin kisah Shakuntala dan Laila akan dilanjutkan di novel berikutnya, Larung. Tetap saja, ada yang kurang dari kisah mereka di novel Saman ini.

Intinya, novel Saman ini merupakan salah satu novel dengan gaya bahasa khas dibandingkan dengan novel Indonesia lainnya. Alur cerita yang disajikan juga menarik, meskipun ada beberapa bagian yang mungkin akan terasa membosankan atau kurang memuaskan.

Terima kasih telah membaca tulisan ini. Mohon kritik dan saran dari kalian :)

No comments:

Post a Comment